Ya Robb..jika tiba saatnya aku kembali pd MU, aku minta tk ada yg menangis karena bersedih. tapi, menangis karena bahagia, telah dapatkan aku sbg Muslimah yg istiqomah.
Ya Rahman,. Jika tiba saatnya aku kmbali pd MU. aku meminta..tak ingin membwt org2 yg ku sayangi, terkejut & kaget, karena hakikatnya kami akan brsama2 lg diSyurgaMU.
ya Rahiim.. Jika tiba saatnya aku kmbali pdMU. aku meminta untuk kesekian kalinya. KAU ampuni segala kekhilafan yg aku perbwt ketka dibumiMU.
Ya Allah.. Jika tiba saatnya aku kmbali padaMU. pinta ku...hanya ENGKAU memudahkan aku dlm syakarotul maut, tanpa mmbwt ku tercengkang melihat malaikat yg siap mengajak ku ke akhirat.
Ya Robb..jika tiba saatnya aku kembali pdMU. aku pinta untuk yg terakhir.. Saat tiba aku kembali kepdaMU.. Ijinkan laah..mengucapkan kalimat yg indah..kalimat yg bermakna, kalimat yg menghantarkan aku ke SyurgaMU.
amiin...Amiin..Ya Robbal 'alamin..
Sabtu, 09 Oktober 2010
Bidadari untuk kakak ku tercinta
Hari ini adalah hari bersejarah untuk ku dan kakak lelaki yang ku sayangi. Kami berdua memang akrab, sampai-sampai teman kuliah ku mengira dia adalah suamiku. Hahaa (Tetapi, dalam hati kecil ku siih berharap, kelak suamiku seperti kakak ku itu).
Hari ini dimana kakakku akan menikahi seorang wanita idamannya yang sholeha, (terkadang aku merasa iri padanya). Dia cantiiiik sekali. Maklumlah masih keturunan orang Jepang dari ibunya. Dia itu seperti bidadari dari syurga yang special datang kebumi untuk kakakku.
Dengan gagahnya kakak ku yang memakai Jas hitam serta kopiah dikepalanya dan tangan kanannya yang mantab menjabat tangan penghulu. Ia mengucapkan janji yang sakral, janji hingga akhirat, janji yang indah untuk Robbnya. Saat janji itu diucapkannya, tak menyangka air mata ku mengalir. Sejenak aku berfikir tentangnya. Siapa lagi yang akan memberi perhatian lebih selain orang tua ku?. Siapa ya yang nanti akan mengantarkanku ke kampus?! Siapa yang akan menemaniku untuk membeli buku dan kaset nasyid?! Besok aku tak akan serumah dengannya. Aku pun akan jauh dari dirinya. Oohh.. TIDAAK !!! Aah..Tapi aku harus ikhlas. Toh aku sudah bukan anak kecil lagi yang selalu dimanjakannya. Ya sudahlah biar dia bahagia bersama bidadarinya itu.
“Selamat ya ka!”. Ucap ku langsung memeluknya
“iyaa, ukhti kecil ku sayang!”. Dan mengusap kepalaku
“yaaah..berarti kalo kita gak serumah lagi, gak ada yang jadi tukang ojek ku lagi dong!”. Canda ku menghilangkan rasa haru.
“enak ajee..dibilang tukang ojek!”. Kesalnya hingga menjitak kepalaku
“hehehee..Maap deh maap!”.
“kamu kan sudah dewasa. Sudah bisa berangkat kuliah sendiri laah! UNJ kan deket kalo naek angkot”. Gumamnya sambil mengusap kepala ku.
“iyaa.. iyaaa tau! Oyaa nanti sering-sering kerumah ya, jangan bikin orang tua kangen lhoo!”. Tanggap aku
“ya pasti lah. Cerewet banget siih adek yang satu ini!”. Ejeknya agak kasar mencubit kedua pipiku.
“eeeh..mata kamu kok merah? Abis nangis ya?”. Tanyanya heran
“Haah..?? masa siiih?!! Engga aah!”. aku mengelak agar ia tidak tau kalau aku bersedih akan kehilangan kasih sayang yang terbagi dengan istrinya itu.
“iiiddiih,., Baby Huwii nangis!”. Ejeknya sambil berlari.
Yaa begitulah kakak ku, walaupun sedikit jahil. Tetapi, dia sangat protective padaku. Terbukti saat aku, harus pergi ke Bandung untuk menguji kesehatan masyarakat disana. Dia yang sangat repot ketimbang orang tua yang memberikan nasihat untuk ku.
Mmm.. OK, agar tidak kehilangan kesempatan, aku juga memberI selamat kepada istrinya. Ku raih tangannya yang halus dan ku cium pipinya.
“Barokallah ya Mba! Kau telah mendapatkan orang yang sangat luar biasa. Pasti Mba Ara gak akan nyesel jadi istrinya”. Dengan bangganya aku memuji kakak ku sendiri.
“hihihii, makasih ya say, semoga Allah memudahkan jodoh mu. Memang benar, say. Kakak mu itu orang yang luar biasa. Mmm.. kamu sangat sayang ya sama dia?”. Tanyanya
“Amiin Mba! Iya, aku sayang sama beliau. Jaga baik-baik ya Mba. Kalo dia nangis kasih aja balon atau permen. Pasti dia langsung diem deh!”. Ledek ku mencairkan suasana.
“hahha.. ada-ada aja kamu ini!”.
***
Berjalan hampir 1 tahun pernikahannya, yang ditunggu selama 9 bulan telah tiba. Baby mungil yang lucu sudah ada dibenakku. Aku, kakak ke serta keluarga yang lainya telah menunggu diluar ruang persalinan. Rasa cemas dan khawatir jelas terpampang diwajah kami . Apalagi kakak ku itu kerjaannya mondar-mandir. Aku tau, kakak ku itu sangat panik sekaligus bahagia, karena dirinya akan menjadi seorang Abi yang beruntung. Setelah beberapa jam kami menunggu. Suara tangis bayi yang keras terdengar hingga keluar.
“Hah?! Alhamdulillah…”. Ucap kakakku yang langsung bersujud dan meneteskan air mata
“ya Allah terima kasih!” ucap ku sambil memeluk ibunda ku.
Dan diwaktu yang bersamaan, Bidan yang membantu persalinannya Mba Ara pun keluar dari ruangan. Tapi sedikit aneh, wajahnya tidak seperti orang bahagia. Tapi seperti orang yang habis kesengat listrik berpuluhan Volt .
“Bu, gimana bayi saya?”. Tanya kakak ku dengan wajah yang berseri-seri.
“Selamat ya pak! Bayinya perempuan, sehat dan secantik ibunya!”. Jawab ibu Bidan itu dengan nada lemas.
“terus, Mba Ara bagaimana?!”. Tanya ku dengan perasaan aneh.
“Ibu Siti Fatimah Az Zachra berpesan, ingin bayinya sehat dan selamat”. Ucapnya
Firasat ku memang benar. Mba Ara telah tiada. Ya Allah… jantung ku berhenti beberapa detik. Shok tak karuan.
“istri saya kembali pada Allah?!”. Gumam kakak ku yang lemas, bisa ku lihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Innalillahi..”
Ternyata Mba Ara mengalami pendarahan yang sangat parah. Dan pada akhiranya dirinya tak kuat untuk bertahan lebih lama. Mba Ara itu meninggal secara Syahid. Ia memperjuangkan nyawanya untuk bayi yang lucu ini. Aku jadi teringat candaku dengan Mba Ara saat kita memasak bersama waktu itu.
“Mba! Coba deh berbalik kebelakang. Aku pengan liat punggungnya”. Perintah ku.
“kenapa?!”
“berbalik dulu….” Pinta ku sedikit memaksa
“iyaa yaaa emang ada apa siih dipunggung Mba?”. Tanyanya yang penasaran
“mmm..kok gak ada ya,Mba? Seharunya ada disini nih Mba!”. Jelas ku sambil menunjuk punggungnya
“gak ada, gimana maksudnya?”
“seharusnya, dipunggung Mba Ara itu ada sayap! Mba Ara kan bidadari!”. Jawab ku dengan senyum
“haahhaaaa.. adik ipar yang satu ini ada bakat ya jadi pelawak. Kamu memujinya terlalu berlebihan deh!”. Ucapnya dengan merendah
Dan ternyata benar. Beliau memang pantas mendapat gelar sebagai Bidadari Syurga. Selamat jalan Mba, sosok akhwat yang mengagumkan. Insya Allah, karena Allah sangat menyayangi mu dan telah melayakkan mu. Untuk menjadikan mu bidadari yang bercahaya dan penuh dengan senyum manisnya. Kau telah mendapatkan panggilan Syurga dari langit. Kami selalu mendoakan mu..
Dialah bidadari syurga hanya untuk kakak ku tercinta.
by; Ukhti_Kecil 4393 ^^v
Jakarta,19 September 2010
Hari ini dimana kakakku akan menikahi seorang wanita idamannya yang sholeha, (terkadang aku merasa iri padanya). Dia cantiiiik sekali. Maklumlah masih keturunan orang Jepang dari ibunya. Dia itu seperti bidadari dari syurga yang special datang kebumi untuk kakakku.
Dengan gagahnya kakak ku yang memakai Jas hitam serta kopiah dikepalanya dan tangan kanannya yang mantab menjabat tangan penghulu. Ia mengucapkan janji yang sakral, janji hingga akhirat, janji yang indah untuk Robbnya. Saat janji itu diucapkannya, tak menyangka air mata ku mengalir. Sejenak aku berfikir tentangnya. Siapa lagi yang akan memberi perhatian lebih selain orang tua ku?. Siapa ya yang nanti akan mengantarkanku ke kampus?! Siapa yang akan menemaniku untuk membeli buku dan kaset nasyid?! Besok aku tak akan serumah dengannya. Aku pun akan jauh dari dirinya. Oohh.. TIDAAK !!! Aah..Tapi aku harus ikhlas. Toh aku sudah bukan anak kecil lagi yang selalu dimanjakannya. Ya sudahlah biar dia bahagia bersama bidadarinya itu.
“Selamat ya ka!”. Ucap ku langsung memeluknya
“iyaa, ukhti kecil ku sayang!”. Dan mengusap kepalaku
“yaaah..berarti kalo kita gak serumah lagi, gak ada yang jadi tukang ojek ku lagi dong!”. Canda ku menghilangkan rasa haru.
“enak ajee..dibilang tukang ojek!”. Kesalnya hingga menjitak kepalaku
“hehehee..Maap deh maap!”.
“kamu kan sudah dewasa. Sudah bisa berangkat kuliah sendiri laah! UNJ kan deket kalo naek angkot”. Gumamnya sambil mengusap kepala ku.
“iyaa.. iyaaa tau! Oyaa nanti sering-sering kerumah ya, jangan bikin orang tua kangen lhoo!”. Tanggap aku
“ya pasti lah. Cerewet banget siih adek yang satu ini!”. Ejeknya agak kasar mencubit kedua pipiku.
“eeeh..mata kamu kok merah? Abis nangis ya?”. Tanyanya heran
“Haah..?? masa siiih?!! Engga aah!”. aku mengelak agar ia tidak tau kalau aku bersedih akan kehilangan kasih sayang yang terbagi dengan istrinya itu.
“iiiddiih,., Baby Huwii nangis!”. Ejeknya sambil berlari.
Yaa begitulah kakak ku, walaupun sedikit jahil. Tetapi, dia sangat protective padaku. Terbukti saat aku, harus pergi ke Bandung untuk menguji kesehatan masyarakat disana. Dia yang sangat repot ketimbang orang tua yang memberikan nasihat untuk ku.
Mmm.. OK, agar tidak kehilangan kesempatan, aku juga memberI selamat kepada istrinya. Ku raih tangannya yang halus dan ku cium pipinya.
“Barokallah ya Mba! Kau telah mendapatkan orang yang sangat luar biasa. Pasti Mba Ara gak akan nyesel jadi istrinya”. Dengan bangganya aku memuji kakak ku sendiri.
“hihihii, makasih ya say, semoga Allah memudahkan jodoh mu. Memang benar, say. Kakak mu itu orang yang luar biasa. Mmm.. kamu sangat sayang ya sama dia?”. Tanyanya
“Amiin Mba! Iya, aku sayang sama beliau. Jaga baik-baik ya Mba. Kalo dia nangis kasih aja balon atau permen. Pasti dia langsung diem deh!”. Ledek ku mencairkan suasana.
“hahha.. ada-ada aja kamu ini!”.
***
Berjalan hampir 1 tahun pernikahannya, yang ditunggu selama 9 bulan telah tiba. Baby mungil yang lucu sudah ada dibenakku. Aku, kakak ke serta keluarga yang lainya telah menunggu diluar ruang persalinan. Rasa cemas dan khawatir jelas terpampang diwajah kami . Apalagi kakak ku itu kerjaannya mondar-mandir. Aku tau, kakak ku itu sangat panik sekaligus bahagia, karena dirinya akan menjadi seorang Abi yang beruntung. Setelah beberapa jam kami menunggu. Suara tangis bayi yang keras terdengar hingga keluar.
“Hah?! Alhamdulillah…”. Ucap kakakku yang langsung bersujud dan meneteskan air mata
“ya Allah terima kasih!” ucap ku sambil memeluk ibunda ku.
Dan diwaktu yang bersamaan, Bidan yang membantu persalinannya Mba Ara pun keluar dari ruangan. Tapi sedikit aneh, wajahnya tidak seperti orang bahagia. Tapi seperti orang yang habis kesengat listrik berpuluhan Volt .
“Bu, gimana bayi saya?”. Tanya kakak ku dengan wajah yang berseri-seri.
“Selamat ya pak! Bayinya perempuan, sehat dan secantik ibunya!”. Jawab ibu Bidan itu dengan nada lemas.
“terus, Mba Ara bagaimana?!”. Tanya ku dengan perasaan aneh.
“Ibu Siti Fatimah Az Zachra berpesan, ingin bayinya sehat dan selamat”. Ucapnya
Firasat ku memang benar. Mba Ara telah tiada. Ya Allah… jantung ku berhenti beberapa detik. Shok tak karuan.
“istri saya kembali pada Allah?!”. Gumam kakak ku yang lemas, bisa ku lihat matanya mulai berkaca-kaca.
“Innalillahi..”
Ternyata Mba Ara mengalami pendarahan yang sangat parah. Dan pada akhiranya dirinya tak kuat untuk bertahan lebih lama. Mba Ara itu meninggal secara Syahid. Ia memperjuangkan nyawanya untuk bayi yang lucu ini. Aku jadi teringat candaku dengan Mba Ara saat kita memasak bersama waktu itu.
“Mba! Coba deh berbalik kebelakang. Aku pengan liat punggungnya”. Perintah ku.
“kenapa?!”
“berbalik dulu….” Pinta ku sedikit memaksa
“iyaa yaaa emang ada apa siih dipunggung Mba?”. Tanyanya yang penasaran
“mmm..kok gak ada ya,Mba? Seharunya ada disini nih Mba!”. Jelas ku sambil menunjuk punggungnya
“gak ada, gimana maksudnya?”
“seharusnya, dipunggung Mba Ara itu ada sayap! Mba Ara kan bidadari!”. Jawab ku dengan senyum
“haahhaaaa.. adik ipar yang satu ini ada bakat ya jadi pelawak. Kamu memujinya terlalu berlebihan deh!”. Ucapnya dengan merendah
Dan ternyata benar. Beliau memang pantas mendapat gelar sebagai Bidadari Syurga. Selamat jalan Mba, sosok akhwat yang mengagumkan. Insya Allah, karena Allah sangat menyayangi mu dan telah melayakkan mu. Untuk menjadikan mu bidadari yang bercahaya dan penuh dengan senyum manisnya. Kau telah mendapatkan panggilan Syurga dari langit. Kami selalu mendoakan mu..
Dialah bidadari syurga hanya untuk kakak ku tercinta.
by; Ukhti_Kecil 4393 ^^v
Jakarta,19 September 2010
Langganan:
Komentar (Atom)