Seperti biasa kalau akhir pekan aku selalu pulang kerumah. Maklum sekarang tinggal ngekost, jauh dari orang tua. Seminggu sudah Ujian Akhir Semester ku berlangsung, untuk merefresh otak ku yang rada riwet, aku pulang saja. Keluargalah yang menjadikan semangat ku kembali, aaagh senangnya bisa berkumpul lagi. Saat makan malam, kami biasa makan bersama dan diselingi cerita-cerita tadi pagi maupun siang yang kami alami. Ibuku memulai bercerita..
“tadi malem mama mimpi punya bayi perempuan.” Ungkapnya sambil tertawa kecil
“hahaha mau dapet rejeki kali maa.” Canda adikku
“aamiin! Mudah-mudahan deh.” Balasku
Awalnya aku tidak memperdulikan mimpi dari ibuku. Tapi suatu hari setelah aku kembali ke kost dan mengikuti UAS yang masih berlangsung. Badan ku tiba-tiba saja ambruk. Panas dan menggigil aku rasakan tiap malam. Paginya pusing engga karuan. Aku sudah coba minun obat warungan. Hasilnya tetap sama. Badan ku panas tiap malam saja. Aku berusaha berdoa dan ikhtiar untuk sembuh. Ditambah lagi, aku tidak tinggal bersama orangtua ku. Dan UAS yang masih harus selesaikan. Aku hanya bisa telpon dan beri tahu pada orangtua ku, kalau aku demam.
Dua minggu telah berlalu, aku tidak pulang ke rumah. Badan ku pun masih saja panas, perutku terasa mual. Aku berusaha untuk sehat, aku berdoa padaNYA, agar DIA berkenan untuk memberikan nikmat sehat padaku. Ami, teman kostan bilang kalau aku kena tipes. Saat badan ku mulai demam dialah yang membantu ku, makan saja kadang aku harus dibelikan olehnya sampai-sampai kalau badan ku panas dan mual, dengan baiknya dia mau menyuapiku untuk malam. Malam itu juga ayahku menelpon kalau besok pagi mereka akan datang menjenguk. Hari kamis tanggal 3 februari, Ibu ku menginap di kostan ku. Dengan hati setengah senang dan setengah sedih aku tidur bersama ibuku. Badan ku masih tetap panas. Sekitar jam 3, aku terbangun dan mengeluh linu dipersendianku. Dengan kepala yang masih dikompres dengen slayer aku terbangun, untuk membalurkan kaki dengan minyak gosok. Kalau malam tiba aku tidak memikirkan UAS sama sekali. Yang aku pikirkan bagaimana aku bisa sehat dan bisa kembali beraktifitas. Tipes ini benar-benar menyiksa ku.
Sambil menahan sakit aku mulai sedikit menyicil untuk belajar. Hari terakhir UAS ada 2 mata kuliah.
“Ya Robb, ampuni segala kesalahan hamba. Aku tidak ingin merepotkan keluarga ku. Semoga Engkau mudahkan dalam UAS ku yang terakhir ini”. Kata ku dalam hati
Adzan subuh membangunkan ibuku. Melihat aku yang memegang kertas modul dengan kompresan masih menempel di jidat ku.
“badan kamu masih panas, neng. Hari ini terakhirkan ujiannya. Nanti kita ke Rumah Sakit Pertamina yaa!”. Ucapnya dengan lembut
“iyaa, ma! Mungkin abis dzuhur udah selesei ujiannya”
* to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar